Workshop Pelestarian Hutan Mangrove Surabaya, Hasil Kerjasama Sister City Kota Surabaya – Kota Kitakyushu

Rabu (16/01/2019) Sister City Kota Surabaya dan Kota Kitakyushu menggelar workshop mengenai pelestarian hutan mangrove Surabaya. Acara yang dimulai pukul 10.00 hingga pukul 16.00 ini dihadiri oleh 8 stakeholder yang mempunyai pengaruh dan bertanggungjawab dalam menjaga lingkungan hidup. Kegiatan yang dibuka dengan pemaparan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya ini memiliki partisipan dari berbagai kalangan masyarakat seperti RT, RW dari Keluarahan Rungkut Jaya serta perwakilan dari murid SMP dari berbagai tempat.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya memaparkan pengembangan pantai timur Surabaya sebagai Kawasan Kebun Raya Mangrove memiliki nilai strategis dan rawan terdegradasi oleh pembangunan kawasan budidaya yang pesat disekitarnya, sehingga diperlukan upaya perencanaan dengan cara membuat masterplan dan desain kawasan Mangrove yang komprehensif dan terintegrasi multi sektoral. Tujuan utama revitalisasi lingkungan pantai timur Surabaya adalah untuk menjadi Pusat Koleksi Konservasi dan Perservasi Vegetasi Mangrove di Indonesia.

Sesi dilanjutkan dengan sosialisasi dari Pemerintah Kota Kitakyushu mengenai Pemanfaatan Hutan Mangrove untuk ekowisata. Menurut Hayabe setiap program yang dilakukan oleh negara maupun pemerintahan haruslah ada integrasi dengan masyarakat. Hayabe juga memaparkan pentingnya kepedulian akan kebersihan sungai sebagai kunci suksesnya pemanfaatan Mangrove menjadi ekowisata. Marlisa Ayu Trisia, International Center for Research and Education in Agriculture, Universitas Nagora memberi penjelasan akan pentingnya integrasi kedua elemen penting yaitu akademisi dan masyarakat dalam pencapaian budidaya perlindungan kawasan Mangrove yang ideal. Beliau juga menjabarkan pentingnya sagu sebagai sabuk hijau dilingkungan Mangrove guna meminimalisir degradasi tanah dengan memanfaatkan ketahanan sagu. Para partisipan kemudian berangkat untuk langsung melihat kondisi lapangan di pintu air wonorejo dan kawasan Mangrove.

Setelah kunjungan lapangan dilakukan, para partisipan kembali melanjutkan workshop dengan pemateri selanjutnya dari Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka yang memaparkan pentingnya Kawasan Mangrove dan tantangan apa yang dihadapi dalam upaya pembudidayaan Mangrove seperti banyaknya sampah plastic yang tersangkut di mangrove muda, tergerusnya Kawasan mangrove oleh pembangunan perumahan maupun tercemarnya air sungai dengan limbah rumah tangga. Lembaga swadaya masyarakat Nol Sampah juga turut mengkampanyekan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebagai metode penyelamatan lingkungan.

Materi terakhir disampaikan oleh Yasueda selaku perwakilan dari NGO Kitakyushu Biotope Network Laboratory, yang menceritakan bagaimana perubahan Jepang terutama Kitakyushu dari salah satu tempat yang tidak ramah lingkungan menjadi lebih baik saat ini dengan berbagai edukasi tentang lingkungan dan penerapan sikap langsung action daripada hanya berteori. Sesi diskusi juga diadakan mengenai inovasi apa yang partisipan ingin lakukan untuk membantu menyelamatkan lingkungan. Workshop ditutup dengan pemberian lukisan apresiasi dari Pihak Kitakyushu kepada perwakilan masyarakat setempat dan pembagian buah tangan serta diakhiri dengan foto Bersama dari pihak Nol Sampah dengan tamu-tamu Kitakyushu.

Leave a Reply

Your email address will not be published.